Sabtu, 20 Juni 2009

PERANGKAT LUNAK GRATIS UNTUK PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN

Pendahuluan

Kondisi perpustakaan di Indonesia dewasa ini masih beragam. Di satu sisi ada perpustakaan yang telah maju pesat dan mampu menjelma sebagai perpustakaan yang diperhitungkan. Disisi lain ada perpustakaan yang kondisinya memprihatinkan karena berbagai keterbatasan. Semua itu merupakan gambaran terjadinya ketimpangan dalam pengembangan perpustakaan di Indonesia.

Perpustakaan yang maju dan dapat menjadi perpustakaan yang diharapkan masyarakat antara lain adalah perpustakaan yang mampu mengoptimalkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengelolaan perpustakaan. Hal ini akan memungkinkan perpustakaan untuk memberikan layanan yang berkualitas kepada pemustaka. Optimalisasi eksistensi teknologi informasi dan komunikasi terlihat dari implementasi otomasi serta pembangunan perpustakaan digital. Otomasi perpustakaan memudahkan perpustakaan melakukan layanan secara otomatis dengan komputer sehingga layanan dapat dilakukan secara cepat, tepat dan benar. Sedangkan digitalisasi perpustakaan memungkinkan koleksi perpustakaan dapat diakses oleh pengguna tanpa harus datang langsung ke perpustakaan .

Disisi lain masih banyak perpustakaan yang kondisinya memprihatinkan, ini diakibatkan karena kurangnya perhatian yang serius. Pengolahan koleksi, layananan peminjaman, dan pengembalian koleksi pada perpustakaan yang termasuk dalam kategori ini pada umumnya dilakukan secara manual. Dengan layanan manual ini perpustakaan tidak mampu memberikan layanan yang cepat.

Salah satu penyebab tidak semua perpustakaan mampu melakukan otomasi adalah harga perangkat lunak yang mencapai angka jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Bahkan sering terjadi bahwa harga perangkat lunak ini lebih mahal dari pada harga perangkat keras.

Ditengah mahalnya harga perangkat lunak untuk membangun otomasi dan perpustakaan digital, maka bagi perpustakaan yang tidak mampu menjangkau perangkat lunak komersil dapat menggunakan perangkat lunak gratis sebagai alternatif.

Tetapi tidak semua pengelola perpustakaan mengerti tentang keberadaan perangkat lunak gratis ini. Padahal seiring dengan terjangkaunya harga perangkat keras, perangkat lunak gratis dapat menjadi alternatif sebagai pengganti perangkat lunak komersil. Keberadaan perangkat lunak ini semakin membuka peluang bagi perpustakaan untuk melakukan otomasi atau membangun perpustakaan digital.

Perangkat lunak gratis sebagai alternatif

Implementasi otomasi perpustakaan digital diperlukan sedikitnya dua komponen utama yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Dengan adanya perangkat lunak gratis memudahkan penerapan otomasi perpustakaan, maka pengelola perpustakaan cukup menyiapkan anggaran pengadaan perangkat keras .

Eksistensi perangkat lunak gratis semakin membuka peluang bagi perpustakaan di Indonesia untuk melakukan otomasi. Bagi perpustakaan yang memiliki keterbatasan anggaran dapat memanfaatkan perangkat lunak gratis ini.

Berdasarkan sifat dan karakteristiknya perangkat lunak dapat dibedakan menjadi dua kategori.Kategori pertama yaitu perangkat lunak yang masuk dalam kategori open source. Sedangkan kategori yang kedua yaitu perangkat lunak yang termasuk dalam kategori freeware.

Perangkat lunak gratis yang termasuk dalam kategori open source secara harfiah dapat difahami sebagai perangkat lunak berbasis open source yang dapat diperoleh dan digunakan secara gratis oleh perpustakaan. Sedangkan definisi dari perangkat lunak berbasis open source sendiri adalah perangkat lunak yang memungkinkan pengguna memperoleh perangkat lunak lengkap dengan source code sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian perangkat lunak gratis yang termasuk dalam kategori open source dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan perpustakaan.

Sedangkan perangkat lunak freeware adalah perangkat lunak yang dapat diperoleh secara gratis tanpa disertai source code perangkat lunak dan kalaupun source code diberikan, pengguna tidak memiliki kekuatan legal untuk mengubah atau mendistribusikan kembali source code perangkat lunak. Source code pada jenis perangkat lunak ini tidak dapat diperoleh oleh pengguna. Karena itu, pengguna tidak memiliki peluang untuk memodifikasi perangkat lunak.

Perangakat lunak yang dapat digunakan secara gratis oleh perpustakaan ada yang freeware. Pengelola perpustakaan hendaknya mampu memilih jenis perangkat lunak yang akan digunakan. Apakah akan menggunakan perangkat lunak gratis open source atau freeware.

Perangkat Lunak Gratis untuk Otomasi Perpustakaan

Arti dari otomasi perpustakaan adalah pemanfaatan mesin, computer, dan peralatan elektronik lainnya untuk memperlancar tugas-tugas perpustakaan (Lasa HS, 1998). Sedangkan menurut pendapat Kumorotomo dan Subandono (1999) otomasi perpustakaan adalah pemanfaatan komputer untuk mengelolaan aktivitas perpustakaan yang menyangkut pengadaan bahan pustaka, pengolahan, dan pelayanan.

Berdasarkan dua arti di atas maka otomasi perpustakaan tidak hanya sebatas pemanfaatan komputer dalam kegiatan administrasi perpustakaan dan untuk membangun database koleksi perpustakaan. Selama ini pengelola perpustakaan sering beranggapan bahwa apabila perpustakaan telah menggunakan komputer dalam kegiatan administrasi perpustakaan atau telah memiliki database koleksi perpustakaan yang diakses melalui OPAC (Online Public Access), maka perpustakaan tersebut telah menggunakan otomasi. Otomasi perpustakaan mencakup pemanfaatan computer dalam seluruh kegiatan perpustakaan seperti pengadaan bahan pustaka, pengolahan, pelayanan, penulusuran, dan penyusunan laporan.

Untuk melakukan otomasi diperlukan perangkat lunak otomasi perpustakaan. Perangkat lunak ini dapat diperoleh dengan cara membeli atau menggunakan perangkat lunak gratis. Ternyata tidak semua perpustakaan mampu membeli perangkat lunak ini karena harganya cukup mahal. Apalagi bagi perpustakaan yang memiliki anggaran terbatas. Hal inilah yang menyebabkan masih banyak perpustakaan tidak mampu melakukan otomasi perpustakaan.

Sebagai alternatif, agar perpustakaan mampu melakukan otomasi perpustakaan, pengelola perpustakaan dapat mengunakan perangkat lunak gratis. Perangkat lunak gratis tersebut ada yang bersifat open source atau bersifat freeware. Perangkat lunak gratis open sourse yang dapat digunakan perpustakaan untuk membangun otomasi perpustakaan antara lain OpenBiblio(http://obiblio.sourceforge.nrt), Koha(www.kora.org), emilda.org), PhpMyLibrary (www.phpmylibrary.org), Otonomigen.X(www.krmg.itb.ac.id), X-igloo(http://sourceforge.net/projects/iglooyha/) dan senayan (www.senayan.diknas.go.id). Sedangkan perangkat lunak yang gratis yang bersifat freeware adalah Athenaum Light perangkat lunak ini paling banyak digunakan oleh perpustakaan di Indonesia.

Openbiblio, Koha, Emilda, Phpmylibrary dan Atheneum Light adalah perangkat lunak gratis buatan luar negri. Sedangkan Otomigen.X, X-igloo dan Senayan adalah perangkat lunak gratis hasil karya putra-putri Indonesia.

Perangkat lunak gratis untuk Perpustakaan digital

Perpustakaan digital adalah perpustakaan yang menghimpun koleksi dalam format digital (koleksi digital). Koleksi digital ini dapat berupa file-file komputer dalam format .doc, xls, pdf, audio, jpg, png dan format lainnya. Dengan koleksi dalam format digital ini memungkinkan pengguna mengakses koleksi perpustakaan tanpa harus datang ke perpustakaan.

Untuk membangun perpustakaan digital tidak perlu menganggarkan dana pembelian perangkat lunak. Perpustakaan dapat menggunakan perangkat lunak secara gratis. Perangkat lunak yang dimaksud antara lain adalah Ganesha Digital Library (GDL) atau Greenstone Digital Library. Kedua perangkat lunak perpustakaan digital ini termasuk dalam kategori perangkat lunak berbasis open source. GDL dapat diperoleh dengan cara mengunduh pada web KMRG ITB di www.kmrg.itb.ac.id dan greenstone dapat diperoleh dengan mengunduhnya di www.greenstone.org.

Penutup

Pada paparan di atas telah disebutkan banyak perangkat lunak gratis yang dapat digunakan perpustakaan. Perangkat lunak tersebut dapat digunakan untuk melakukan otomasi atau pembangunan perpustakaan digital. Dengan begitu tidak ada alasan lagi untuk menunda pelaksanaan otomasi perpustakaan ataupun pembangunan perpustakaan digital. Yang paling diperlukan saat ini adalah kesiapan SDMnya yaitu para pustakawan sebagai pengelola perpustakaannya. Untuk pelaksanaannya diharapkan perhatian yang serius dari pimpinan agar memfasilitasi pustakawan untuk meningkatkan ilmu dan keterampilan khususnya yang berhubungan pelaksanaan tugas-tugas diperpustakaan sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar